Sabtu, 03 Desember 2016

peluang dan tantangan usaha peternakan sapi potong



PELUANG DAN TANTANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI
 DI INDONESIA






Disusun oleh:


Nama                      :  Nani Ismawati
NIM                        :  23010116120072
Kelas                      : Peternakan B



FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016



ABSTRAK

Ternak sapi memiliki peluang pasar yang besar dan peran penting karena ternak sapi adalah ternak unggulan yang menjadi penghasil daging nasional. Dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit permintaan konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar namun sayangnya peternak di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pasokan daging di dalam negeri. Dalam proses penggemukan dan pemeliharaa harus memperhatikan kendala yang akan dihadapi diantarnya bibit, perkandangan, pakan dan penyakit yang menyerang sapi potong. Namun dengan demikian pemerintah telah mengatur strategi dan membuat beberapa kebijakan agar produksi daging sapi potong dapat meningkat.







KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah di bidang peternakan tentang “ Peluang dan Tantangan Usaha Peternakan Sapi di Indonesia “.
Makalah ini penulis susun sebagai tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Peternakan. Dengan terselesaikannya makalah   ini diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian dan Narasumber berkat kerjasamanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai, dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat  ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

     Semarang,     November 2016
Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan pendapatan masyarakat di Indonesia  akan membuka peluang bisnis komoditi yang lebih besar dan bersifat elastis terhadap pendapatan Kebutuhan daging sapi yang menjadi salah satu sumber  protein hewani dan akan meningkat hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi yang seimbang.
Salah satu komoditas unggulan di sektor peternakan adalah sapi. Meskipun demikian, kemampuan produksi daging sapi di Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan nasional, sehingga dalam kondisi Indonesia masih impor sapi hidup, daging sapi dan jeroan sapi masih terus tinggi.
Ternak sapi memiliki peluang pasar yang besar dan peran penting karena ternak sapi adalah ternak unggulan yang menjadi penghasil daging nasional. Di beberapa daerah, pemeliharaan sapi dilakukan masih secara tradisional dan sarana prasarana yang belum memadai.
Iklim di Indonesia sangat mendukung pengembangan peternakan sapi potong meskipun demikian pemeliharaan yang secara tradisional dan peralatan yang seadamya menjadikan produksi belum maksimal. Oleh karena itu, peternak di Indonesia perlu dilakukan berpengarahan.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini meliputi:
  1. Bagaimana tingkat permintaan akan daging sapi di Indonesia
  2. Bagaimana  perkembangan produksi serta kagiatan impor sapi potong di Indonesia
  3. Bagaimana kendala dalam peternakan sapi.
  4. Bagaimana Kinerja dari Agribisnis Sapi Potong di Indonesia
  5. Bagaimana Strategi, Kebijakan serta Implementasi pembangunan dari sistem Agribisnis Sapi Potong di Indonesia

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Mengetahui tingkat permintaan akan daging sapi di Indonesia.
  2. Mengetahui perkembangan produksi serta import sapi potong di Indonesia.
  3. Mengetahui Kinerja dari Agribisnis sapi potong
  4. Mengetahui Strategi serta Implementasi pembangunan dari Agribisnis sapi potong.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tingkat Permintaan Daging Sapi
Usaha peternakan sapi potong di Indonesia saat ini masih tetap menguntungkan hal ini di karenakan permintaan pasar akan konsumsi daging sapi masih terus meningkat. Permintaan daging sapi juga mengalami peningkatan yang tinggi di pasar luar negeri. Malaysia merupakan salah satu negara yang mendapat daging sapi dari Indonesia.
Dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit permintaan konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar namun sayangnya peternak di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pasokan daging di dalam negeri. Presentae perbandingan permintan dengan pemasokan daging sapi di Indonesia masih sangat tinggi. Di Indonesia masalah utuma dalam peternakan adalah terletak pada suplai daging sapi yang selalu mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara itu laju pertumbuhan dan pertambahan penduduk serta konsumsi daging sapi tidak mampu diimbangi. Pada kondisi seperti ini Indonesia mengambil langkah untuk selalu melakukan impor sapi hidup ataupun daging. Namun disisi lain dengan adanya kebutuhan akan daging yang semakin meningkat, membuka peluang usaha dalam Agribisnis sapi potong.
2.2.  Perkembangan Produksi dan Impor Daging Sapi
       Perkembangan dan produksi daging sapi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan kesadara masyarakat akan pemenuhan protein yang dibutuhkan tubuh. Dari tahun 2005 sampai 2010 perkembangan dan produksi daging sapi mengalami kenaikan 10,6 % namun meskipun demikian masih banyak pelaku Agribisnik menengan atau yang sudah berkembangan tidak terlalu memperhatikan itu dan hanya mengandalkan peternak kecil yang tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi secara nasional. Harus diakui bahwa peternak sapi berskala kecil yang selama ini menjadi basis penyediaan daging sapi domestik di Indonesia, hanya sedikit peternak yang berskala menengah atau besar yang beroperasi melakukan agribisnis sapi potong, dalam jumlah sedikit itu pula, mereka umumnya terbatas pada kegiatan fattening, yang dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan kegiatan breeding dan cow calf operation.
2.3. Kendala dalam Peternakan Sapi
2.3.1. Bibit Sapi
Kendala dalam memilih bibit unggul di Indonesia adalah bibit unggul nya terbatas. Bibit unggul sudah mulai jarang ditemui karena banyak peternak yang terlalu gila dengan harga yang ditawarkan tinggi sehingga tertarik dan menjual sapi – sapi unggul keluar negeri, dengan adanya kejadian ini bibit unggul di dalam negeri sendiri menjadi berkurang dan tersisa hanya bibit yang kurang baik. Bagaimana bisa menjadi bibit yang unggul jika induknya dari induk yang kurang baik.  Secara otomatis negara yang membeli induk yang bagus dapat mengembangkan atau menghasilkan bibit – bibit unggul yang nantinya dapat dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. jenis – jenis sapi potong di Indonesia umunya berasal dari sapi lokal dan impor. Pada jenis – jenis sapi memiliki sifat genetik yang khas pada setip sapi. Yang perlu diperhatikan adalah jumlah populasi, penyebaran, produksi karkas serta efisiensi penggunaan pakan sapi. Untuk masalah bibit unggul, para peternak juga mengharapkan pemerintah bisa memberikan semacam stimulus kepada peternak agar mau mengembangkan bibit sapi unggulan.

2.3.2. Perkandangan Sapi
Lokasi paling ideal adalah jauh dari pemukiman penduduk, jarak minimal lokasi kandang 10 meter dari rumah. Usahakan kandang dapat diakses oleh kendaraan serta yang mendapat sinar matahari langsung agar terjaga kelembapan kandangnya. Lantai kandang usahakn bersih dan tidak lembab agar tidak menimbulkan penyakit. Pembuatan lantai harus padat dan mudah dibersihkan. Namun masih banyak yang menghiraukan hal ini terutama petani skala kecil dan tradisional.



2.3.3. Pakan
Ternak membutuhkan pakan yang baik dan seimbang sama halnya dengan sapi potong. Dalam sehari sapi potong membutuhkan asupan pakan 10% dari bobot badannya. Pakan sapi potong biasanya hijau – hijauan, bekatul, ampas tahu, gaplek, bungkil dan juga ppenambahan larutan mineral. Dengan ini bobot badan sapi akan meningkat dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Seringkali peternak tradisional tidak memperhitungkan nutrisi dari pakan yang diberikan sehingga sapi sulit gemuk.

2.3.4. Penyakit
Penyakit pada sapi potong daapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit Anthrax yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman yang diberikan. Penyakit Surra yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma Evansi, protozoa ini terdapat pada darah induk sapi yang dapat menyebakan penurunan kadar glukosa. Penyakit Kuku Busuk disebabkan oleh kuman Fusiformis yang masuk kebagian celah – celah kuku yang terluka dan terkena kotoran. Penyakit cacingan yang paling sering menyerang pada peternakan tradisional dan bisanya berdapat pada pakan rumput yang dikonsumsi yang mengandung cacing pita atau cacing pilig. Dan masih banyak lagi penyakit yang menyerang seperti ngorok, diare, demam dan lain – lain.

2.4.  Kinerja Agribisnis Sapi Potong
Pengembangan agribisnis sapi Potong di Indonesia pada masa lalu sangat minim.Tulang punggung dalam penyediaan daging sapi di indonesia hampir seluruhnya ditangan peternak rakyat yang umumnya skala kecil,hanya sebagai usaha sambilan atau cabang usaha  dan tersebar mengikuti penyebaran penduduk. Dalam upaya mendorong pertumbuhan populasi sekaligus untuk perbaikan mutu genetik sapi potong, maka pemerintah telah memasyarakatkan teknologi inseminasi buatan. Namun karena keterbatasan yang dimiliki pemerintah,jangkauan inseminasi buatan masih terbatas. Rendahnya efisiensi reproduksi dan terbatasnya jangkauan inseminasi buatan menyebabkan pertumbuhan populasi sapi potong di indonesia rendah.Akibatnya laju pertumbuhan produksi daging sapi domestik juga relatif lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan permintaan daging sapi domestik.Ketidak seimbangan ini telah ikut menyebabkan  relatif mahalnya harga sapi di pasar domestik.
2.5. Strategi, Kebijakan serta Implementasi pembangunan dari sistem Agribisnis Sapi Potong di Indonesia.
Implementasi untuk mewujudkan  pencapaian swasembada daging sapi tahun 2014 maka pemerintah menyusun strategi sebagai berikut :
A.Strategi pada Subsistem Hulu
    Strategi yang dilakukan pada subsistem hulu adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan bibit sapi lokal terutama pejantan unggul (2006-2010).
b. Memperbaiki teknologi reproduksi serta bibit sapi untuk meningkatan mutu genetik (2006-2010).
c. Sistem perbibitan yang unggul, murah dan efisien (2006-2010).
d. Memantapkan kelembagaan sistem perbibitan sapi nasional (2006-2007).
e. Pemanfaatan biomas lokal, limbah pertanian dan agroindustri sebagai sumber pakan (2006-2010).
f. Mengembangkan obat tradisional dan vaksin lokal (2006-2010).
B.Strategi pada Subsistem Usahatani (on Farm)
a. Memberdayakan peternakan skala kecil dengan membentuk kelompok besar serta pemberian kredit (2006-2010).
b. Mengembangkan peternakan yang efisien (2006-2010).
c. Mengembangkan feedlotter terintegrasi dengan perkebunan (2006-2010).
d. Meningkatkan produktivitas ternak (2006-2010).
e. Meningkatkan kualitas sapi potong serta mempercepat pertambahan bobot. (2006-2010).
C.Strategi pada Subsistem Hilir
a. Memberikan fasilitas yang memadai (2006-2010).
b. Meningkatkan efisiens dan higienis pengolahan daging. (2006-2010).
c. Mengembangkan produk olahan daging (2007-2010).
d. Pengembangan industri kompos (2006-2010).
e. Pengembangan pembuatan biogas (2006-2010).

D. Strategi pada Subsistem Perdagangan Dan Pemasaran
a. Peningkatan efisiensi pemasaran ternak sapi (2006-2010).
b. Fasilitas transportasi untuk mendukung pemasaran (2006-2010).
c. Mengembangkan pola usaha peternakan (2006-2010).
d. Promosi dan positioning product (2006 – 2010).
E. Strategi pada Subsistem Penunjang dan Kebijakan
1. Kebijakan teknis :
a. Mengembangkan agribisnis sapi pola integrasi.
b. Mengembangkan sapi lokal sebagai bibit unggul.
c. Mengevaluasi kelayakan.
2. Kebijakan regulasi :
a. Mencegah pemotongan hewan betina produktif.
b. Melarang mengekspor sapi betina produktif
c. Mencegah masuknya daging dari luat negeri yang belum bebas penyakit.










BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Beternak sapi potong adalah salah satu prospek yang baik kedepannya dan menjanjikan, hal ini dikarekan setiap tahunnya konsumsi daging sapi akan semakin meningkat mengingat masyarakat yang sadar akan pentingnya asupan protein bagi tubuh. Namun dalam pengembangannya harus memperhatikan pakan, kandang, penyakit yang sering menjadi kendala dalam proses penggemukan dri sapi potong.












DAFTAR PUSTAKA

Haris Budiyono,2010.Analisis Neraca Perdagangan Peternakan dan   Swasembada daging sapi 2014. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan wilayah Vol.1 No.2,Juli 2010

Prajogo U.Hadi,2002.Problem Dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian 2002.

Parimartha.K.W,Cyrilla.L,Perjaman.HP.2002.Analisis Strategi Bisnis Sapi Potong Pada PT.Lembu Jantan Perkasa,

Rianto.E, Purbowati.E,2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penerbit Penebar Swadaya-  Jakarta

Saragih,B.2001.Agribisnis Berbasis Peternakan.Kumpulan Pemikiran.Penerbit  Pustaka Wirausaha Muda – Bogor.



Senin, 28 November 2016

Artikel Peternakan Tentang Ternak Potong



Banyak masyarakat awam tidak bisa menjelaskan perbedaan khusus antara domba dan kambing. Padahal keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda yaitu, pada kambing terdapat janggut di dagunya terutama pada kambing jantan dan pangkal ekornya terdapat kelenjar yang mengeluarkan bau khas kambing. Sedangkan domba memiliki bulu yang sangat tebal dan keriting yang biasa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan dasar wool. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup popular di dunia. Hal ini ditunjukan dari banyaknya bangsa-bangsa domba dan kambing yang dikembangkan oleh masyarakat di dunia. 
Kerbau merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia, namun karena peminat kerbau hanya kalangan tertentu atau merupakan bagian dari adat suatu daerah tertentu saja mengakibatkan ternak kerbau kurang berkembang jika dibandingkan dengan sapi. Kerbau yang berkembang di Indonesia merupakan jenis kerbau sungai dan kerbau rawa. Kerbau sungai merupakan ternak penghasil susu, sedangkan kerbau rawa merupakan ternak penghasil daging. Di Jawa khususnya, kerbau rawa yang banyak dikembangkan oleh masyarakat. Hal tersebut terbukti dari jenis bangsa kerbau yang dijual di pasar hewan kebanyakan adalah bangsa kerbau rawa. Karakteristik dari kerbau rawa adalah warna hitam dan tanduk yang agak pendek dan melengkung keatas.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Ternak yang diukur adalah kambing, domba, sapi, dan kerbau. Seharusnya berdasarkan kurva peningkatan bobot tubuh masing-masing jenis ternak mendapatkan hasil yang sama yaitu kurva berbentuk sigmoid (huruf S). Karena pada saat hewan masih muda poses pertumbuhan berjalan secara cepat, tetapi pada saat ternak sudah dewasa pertumbuhan mengalami keterlambatan. Namun, hasil yang didapat pada saat praktikum menujukan kurva yang tidak berbentuk sigmoid. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan praktikan tentang perbedaan karakteristik dari setiap umur ternak.
Sebelum dikonsumsi ternak terlebih dahulu disembelih baik oleh individu maupun di rumah potong hewan. Ternak yang akan dipotong di rumah potong hewan mengalami stress akibat perjalanan yang ditempuh dari peternakan menuju RPH. Untuk itu sebelum dipotong, ternak harus diistirahatkan dan dipuasakan sehingga menghasilkan daging yang berkualitas. Proses-proses pemotongan hewan adalah viksasi, penyembelihan, pengeluaran darah, pemisahan kepala dan dengkil, pengulitan, eviscerasi,penanganan karkas, dan penanganan non karkas.





2.1.1. Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah jas praktikum, sepatu kandang, alat tulis, pita ukur, kartu praktikum, buku praktikum, kamera digital atau kamera HP.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan bangsa-bangsa sapi, kerbau, domba dan kambing adalah ternak sapi, kerbau, domba potong dan ternak kambing potong.
Ternak domba atau kambing diamati. Identitas ternak yang diamati dicatatTernak diukur meliputi lingkar dada, tinggi badan, dan panjang badan.Karakteristik dan performan ternak dinilai secara fisik.Ternak yang diamati difoto.





 


3.1. Hasil        
3.1.1. Pengenalan Bangsa Ternak Potong
3.1.1.1. Identitas Ternak yang diamati
Tabel 1. Identitas Ternak yang diamati
No.
Nama Pemilik
Bangsa Ternak
Kondisi (G,S,K)*
Ukuran Statistik Vital
Umur Ternak (th)
LD (cm)
PB (cm)
TB (cm)
BB (cm)
1.
EXFARM
Sapi PO
J
S
150
90
142
274,2
2
2.
EXFARM
Sapi PO
J
G
176
96
150
425,4
2
3.
EXFARM
Sapi PO
J
S
150
80
142
274,2
2
4.
EXFARM
Saanen
B
S
89
75
80
36,9
-
5.
EXFARM
PE
J
S
75
61
73
28,3
-


2.1.1.1.  Penilaian Kondisi Luar Ternak
Tabel 2. Penilaian Kondisi Luar Ternak
No.
Kesan Umum (x 2)
Perlemakan (x 1)
Perdagingan
Total Skor
Kondisi (G,S,K) **
Tengkuk, dada, dan bahu (x1)
Punggung dan pinggang (x3)
Paha (x3)
1.
6
3
3
6
6
24
S
2.
8
2
3
6
6
23
G
3.
6
4
4
9
12
37
S
4.
6
3
3
9
7,5
28,5
S
5.
4
3
2
9
9
27
S
6.
6
3
3
6
6
24
S


2.1.1.2. Ciri-ciri Tubuh Ternak yang Diamati
Tabel 3. Ciri-ciri Tubuh Ternak yang Diamati
No.
Warna Kulit/ Bulu
Bentuk Muka
Gelambir
Punuk
Bentuk Tanduk
Bentuk Kuku
Bentuk Telinga
Bentuk Ekor
Postur Tubuh
1.
Putih
Datar
Ada
Ada
Melengkung
Genap
Tegap
Melengkung
Tegap
2.
Putih
Cembung
Ada
Ada
Tegap
Genap

Tegap
Melengkung
Tegap
3.
Putih
Datar
Ada
Ada
Tegap
Genap
Tegap
Melengkung
Tegap
4.
Putih
Konvec

TidakAda

Tidak Ada

Melengkung
Kebelakang
Ganjil
Menjuntai

Melengkung
Keatas
Tegap
5.
Putih hitam

Cembung

Ada
Ada
Melengkung
Kebelakang
Genap
Menjuntai
Melengkung
Keatas
Tegap
6.
Putih hitam
Cembung
Ada
Ada
Melengkung
Kebelakang
Genap
Menjuntai
Melengkung
keatas
Tegap


4.1.1. Kambing dan domba
Praktikum pengenalan bangsa ternak potong domba dan kambing dilaksanakan di Exferimental Farm pada tanggal 1 April 2014. Domba dan kambing yang diamati diantaranya adalah domba batur, kambing peranakan etawa (PE), kambing saanen. Pada saat praktikum kelompok kami tidak mengukur domba sehingga kita hanya mendapatkan informasinya saja. Menurut Haqiqi (2008), domba Batur mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Asal usul Domba Batur sendiri merupakan hasil persilangan antara Domba Merino dengan domba ekor tipis. Domba ini tersebar di kecamatan Batur dan sekitarnya, yang secara turun-temurun dikembangkan oleh masyarakat sejak tahun 1974 dan menjadi milik masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Karakteristik Domba Batur, yaitu:
1. Memiliki warna tubuh dominan putih susu, bulu berupa wol halus dan lebat yang hampir menutupi seluruh tubuh.
2. Pejantan dan betina sama - sama tidak bertanduk
3. Bobot pejantan 108 kg, betina sampai 82 kg.
Beberapa ciri yang dikemukakan diatas terdapat perbedaan terhadap domba yang diamati pada saat praktikum di experimental farm yaitu pada umumnya bulu wol domba batur halus sedangkan pada kenyataan di lapangan bulunya kotor dan tidak halus. Kemudian bobot yang idealnya Bobot pejantan 108 kg, betina sampai 82 kg namun keadaan lapangan bobot domba batur jantan adalah 130,32 kg dan betinanya rata-rata 76,84 kg.
Kambing yang diamati pada saat praktikum adalah kambing Peranakan Etawa (PE), jawa randu dan kambing Saanen. Kambing PE jantan yang pertama memiliki bobot 28,32 kg dan yang kedua adalah memiliki bobot 27,71. Kambing PE yang diamati memiliki beberapa ciri-ciri yaitu warna kulit atau bulu putih, bentuk muka cembung, memiliki gelambir dan punuk, betuk tanduk melengkung kebelakang, bentuk kuku pada kambing PE ganjil, bentuk telinga menjuntai, bentuk melengkung keatas, dan postur tubuh kambing tegap. 
Cahyono (2010) menyatakan kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dan kambing etawa. Kambing ini merupakan penghasil daging dan susu. Jenis kambing ini banyak diusahakan di Indonesia. Ciri-ciri badannya sebagai sebagai berikut: Memiliki warna bulu bervariasi, ada yang berwarna cokelat muda, hitam, dan lain-lain, Memiliki daun telinga, yakni sekitar 18 - 30 cm. Tinggi badannya mencapai 76 cm- 100 cm. Memiliki ukuran berat badan sekitar 40 kg untuk yang jantan dewasa, dan 35 kg untuk yang betina dewasa. Pada kambing jantan memiliki bulu agak panjang dan lebih tebal yang terdapat pada bagian atas dan bawah leher, serta pada bagian pundaknya. Sedangkan yang betina pada bagian garis belakang paha memiliki bulu lebih panjang dan tebal.
Kambing PE yang diamati pada saat praktikum berumur 1 tahun. Sehingga hasil praktikum dan pernyataan dari Cahyono (2010) beberapa yang tidak sesuai. Karena karakter kambing yang masih muda belum berkembang secara sempurna, seperti bobot badan, tinggi badan, panjang daun telinga belum mencapai ukuran yang sempurna. Kambing PE jantan dan betina hasil praktikum yaitu 14,18 kg dan 22,17 kg. Sedangkan bobot badan kambing PE jantan dan betina dewasa menurut Cahyono (2010) mencapai 40 kg dan 35 kg. Tinggi badan kambing PE muda jantan dan betina hasil praktikum 69 cm dan 66 cm, sedangkan berdasarkan literatur tinggi badan kambing dewasa mencapai 76 cm- 100 cm. Panjang daun telinga kambing PE muda juga tidak sepanjang daun telinga kambing PE dewasa. Karakter kambing PE muda yang sama dengan kambing PE dewasa adalah warna bulu dan keadaan bulu kambing jantan lebih lebat dan panjang daripada bulu yang terdapat pada kambing PE betina.
Kambing saanen adalah kambing tipe dwiguna yang selain menghasilkan susu juga menghasilkan daging. Kambing ini bukan asli berasalan dari Indonesia melainkan dari Lembah Saanen tepatnya di negara Swiss. diamati memiliki beberapa ciri-ciri yaitu warna kulit atau bulu putih halus , bentuk muka convek, tidak memiliki gelambir dan punuk, betuk tanduk melengkung kebelakang, bentuk kuku pada kambing PE ganjil, bentuk telinga menjuntai, bentuk melengkung keatas, dan postur tubuh kambing tegap.
Menurut Purnomoadi (2003), pada umumnya kambing Saanen memiliki ciri-ciri kepalanya kecil, lahir , leher panjang dan halus, warna bulu putih, krem pucat dengan bercak-bercak hitam di hidung, telinga dan ambing, bulunya pendek, kaki lurus kuat, telinga kecil dan pendek, tegak ke arah depan dan samping, kambing saanen biasanya cukup peka terhadap sinar matahari. Sedangkan menurut Cahyono (2010), produksi susunya mencapai 800 kg masa laktasi nya sekitar 250 hari. Mempunyai ukuran dan dada lebar, mempunyai bulu putih atau krem pucat/muda. Telinga nya tegak dan mengarah ke depan, memiliki tandung baik jantan maupun betina ukuran badan kecil. Sedangkan menurut pendapat Suparman (2009) postur tubuh kambing saanen tinggi besar dan beratnya bisa mencapai 150 kg pada jantan dan 130 kg pada betina. Perbedaan pendapat kemungkinan disebabkan karena perbedaan kambing yang diamati. Jika dibandingkan pendapat yang dikemukakan dengan hasil praktikum kelompok kami kemungkinan terdapat kesamaan juga perbedaan diantara salah satu pendapat yang dikemukakan diatas, namun sebenarnya pada umumnya ciri-ciri kambing saanen sama dan tidak jauh berbeda hanya saja perbedaan kambing yang diamati membuat munculnya perbedaan persepsi.
4.1.2. Sapi dan Kerbau
Di Indonesia jenis ternak potong yang banyak sekali dipelihara adalah sapi dan kerbau. Sapi dan kerbau ini terdiri dari berbagai bangsa, yaitu ada bangsa sapi (Bos Taurus, Bos Indicus, Bos Sondaicus) dan bangsa kerbau (Swamp Type dan River Type). Perkembangan bioteknologi dibidang peternakan sudah sangat pesat sehingga saat ini bermunculan beberapa bangsa sapi potong baru, baik berasal dari persilangan maupun rekayasa genetic (Damarapeka, 2011).
Spesies :
1. Bos Taurus, golongan sapi-sapi eropa.
2. Bos Indicus, golongan sapi-sapi berpunuk.
3. Bos Sondaicus, golongan banteng (bosbanteng).

1.      BosTaurus
a. Simmental


                                                              Gambar 1. Sapi Simmental.
Bangsa sapi simental ini berasal dari negaraswitzerlanddan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Sapi simmental ini berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelap sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih. Bentuk badan dari sapi simmental ini panjang, padat dan kompak. Sapi ini terkenal karena memiliki kemampuan menyusui anaknya dengan baik serta pertumbuahan yang cepat dengan penimbunan lemak di bawah kulit rendah. Tergolong sapi yang berukuran berat, baik pada saat kelahiran, penyapihan maupun saat mencapai dewasa.dengan pertumbuhan yang baik. Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang betina sedang untuk sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg. Bangsa sapi simmental ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Batang dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.
2.      BosIndicus
a. Brahman
Bangsa sapi brahman berasal dari negaraIndiadan termasuk golongan sapi zebu yang memiliki ukuran medium. Ciri-ciri dari sapi brahman ini sebagai berikut: Sapi brahman mempunyai tanduk dan warna bulunya bervariasi mulai dari abu-abu sampai merah. Terdapat punuk yang sangat besar pada punggungnya dan memiliki lipatan kulit (gelambir) dari bawah leher sampai perut yang cukup besar. Telinga lebar dan menggantung terkulai. Berat lahir anak sapi brahman ini tergolong medium tetapi memiliki ukuran berat sapih yang tergolong ringan.
Berat badan dari sapi brahman betina dewasa dapat mencapai 585 kg sedangkan sapi brahman yang jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 900 kg. Sapi brahman mempunyai sifat-sifat yang hanya dipunyai olah bangsa sapi tertentu, yaitu ketahanan terhadap kondisi yang sangat minimal (buruk), mempunyai toleransi terhadap panas, kemampuan mengasuh anak baik, daya tahan terhadap penyakit dan parasit (resistensi) baik. Sapi brahman ini sangat cocok untuk dipersilangkan guna menghasilkan hybrid vigor yang tinggi. Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,9 kg/ hari. Kelemahannya yaitu toleransi yang rendah suhu udara yang rendah dan memiliki tingkat kesuburan (fertilitas) yang rendah.








 
  





Gambar 2. Sapi Brahman

b. Ongole
Sapi ongole termasuk sapi zebu yang berasal dariindiadengan ciri-ciri sebagai berikut : Berpunuk pada punggungnya, telinga besar dan menggantung serta bertanduk. Terdapat lipatan kulit (gelambir) di bawah leher dan perut. Warna kulit putih dengan bagian pinggul, leher dan sebagian kepala berwarna abu-abu atau putih kehitaman. Berat badan dapat mencapai 450 kg untuk sapi yang betina dan 600 kg untuk sapi yang jantan. Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr. Ciri yang khas dari sapi ongole ini yaitu adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin mata.

                                                   Gambar 3. Sapi Ongole

3.      Bos Sondaicus

a. Sapi Bali

                                                 Gambar 4. Sapi Bali
Sapi bali merupakan sapi asliIndonesiadari hasil domestikasi Bos Banteng, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna merah bata sampai coklat kehitaman dengan warna putih pada kaki mulai dari dengkul depan dan belakang (tarsus/carpus) kebawah, bagian bibir bawah, bagian pantat dengan bentuk seperti lingkaran. Terdapat garis hitam (garis belut) pada bagian punggung yang dimuali dari leher sampai pangkal ekor. Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk. Berat badan sapi bali betina dapat mencapai 300 kg dan yang jantan dapat mencapai 400 kg. Sapi bali mempunyai temperamen yang tinggi sehingga sifat liar masih terlihat. Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 .
Contoh data populasi kambing, kerbau dan sapi di Kalimantan. 
 


Berdasarkan hasil dan pembahasan dari praktikum ilmu ternak potong, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1.    Karakteristik yang dimiliki setiap bangsa-bangsa ternak berbeda. Karakteristik tersebut menjadi ciri khas dan digunakan untuk membedakan antara bangsa ternak.
2.    Perkawinan antar bangsa ternak yang tidak diatur secara baik dapat mengakibatkan penurunan kualitas genetik ternak yang dihasilkan.
3.    Perkembangan yang pesat dari setiap bangsa ternak disebabkan oleh banyaknya masyarakat yeng memanfaatkan ternak tersebut.
4.    Domba dan kambing memiliki karakteristik yang berbeda.
5.    Bangsa ternak sapi yang banyak berkembang di Indonesia adalah bangsa sapi PO sedangkan bangsa kerbau yang banyak dikembangkan di jawa adalah kerbau rawa.









 
Cahyono, Bambang. 2010. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius : Yogyakarta.

Damarapeka. 2011. Bangsa-bangsa Sapi Potong. Jakarta
Haqiqi,Sohibul Imam.2008.Karakteristik Bangsa Domba Ekor Tipis (Det) Dan Kodisinya Saat Ini Di Indonesia, Tesis, Universitas Jendral Soedirman
         
Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Universitas Diponegoro : Semarang.

Suparman. 2009. Beternak Kambing. Azka Press : Jakarta.